PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH
TUGAS AKSI NYATA MODUL 1.4.a.10.2
Oleh: REMMI ADI PUTRA, M.Pd.,Gr – SMP Negeri 31
Kerinci
LATAR BELAKANG
Sebagai pendidik, guru diibaratkan bagai seorang petani yang
memiliki peranan penting untuk menjadikan tanamannya tumbuh subur. Guru harus
memastikan bahwa tanah tempat tumbuhnya tanaman adalah tanah yang cocok untuk
ditanami. Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa: “…kita ambil contoh
perbandingannya dengan hidup tumbuh-tumbuhan, seorang petani (dalam hakikatnya
sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya
dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara
tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang
mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya.” (Lampiran 1. Dasar-Dasar
Pendidikan. Keluarga, Th. I No.1, 2, 3, 4, Nov, Des 1936, Jan, Febr 1937).
Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa sekolah diibaratkan
sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga guru harus mengusahakan agar
sekolah menjadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi murid
dari hal-hal yang tidak baik. Dengan demikian, karakter murid tumbuh dengan
baik. Sebagai contoh, murid yang tadinya malas menjadi semangat, bukan
kebalikannya. Murid akan mampu menerima dan menyerap suatu pembelajaran bila
lingkungan di sekelilingnya terasa aman dan nyaman. Selama seseorang merasakan
tekanan-tekanan dari lingkungannya, maka proses pembelajaran akan sulit
terjadi. Maka disinilah peran guru dibutuhkan untuk terlaksananya budaya
positif di sekolah. Budaya positif tumbuh dari keyakinan akan nilai kebajikan
yang disepakati bersama oleh seluruh warga sekolah dan menjadi kebiasaan baik
yang dilakukan terus menerus dalam waktu lama.
Faktor
yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter siswa adalah
lingkungan dimana seseorang tumbuh dan dibesarkan dalam norma keluarga, teman,
kelompok sosial. Seorang siswa memiliki waktu yang cukup banyak untuk berada di
lingkungan sekolah atau berada di lingkungan luar sekolah bersama teman–teman
satu sekolahnya. Pengaruh lingkungan sekolah dapat berdampak negatif terhadap
perkembangan peserta didik ketika seorang guru tidak mengetahui karakter setiap
siswa didiknya. Selain itu, pengaruh teman juga sangat mempengaruhi. Dalam hal
ini seorang guru harus bisa mengetahui karakter setiap siswa agar dapat
mengetahui bakat dan minat dalam diri siswa.
Di dalam
lingkungan sekolah, yang termasuk lingkungan sosial adalah seluruh warga
sekolah, baik itu guru, karyawan maupun teman-teman sekelas, semuanya berkaitan
dengan semangat belajar siswa. Para guru yang dapat menunjukan sikap dan
perilaku yang baik dan juga dapat memperlihatkan teladan yang baik khususnya
dalam hal belajar seperti misalnya rajin membaca. Hal tersebut dapat memberikan
motivasi yang positif bagi belajar siswa. Demikian halnya apabila teman-teman
di sekolah mempunyai sikap dan perilaku yang baik serta memiliki semacam etos
belajar yang baik seperti misalnya belajar akan berpengaruh positif terhadap
belajar siswa.
Secara
garis besar kemampuan siswa dalam berinteraksi sosial dapat dikategorikan ke
dalam dua kelompok, yaitu siswa yang dapat dikategorikan sebagai siswa yang
bisa berinteraksi sosial dengan baik atau pandai bergaul dan sebaliknya yaitu
siswa yang mengalami kesulitan bergaul atau individu yang tidak bisa
berinteraksi sosial dengan baik. Siswa yang bisa berinteraksi sosial dengan baik
biasanya dapat mengatasi berbagai persoalan di dalam pergaulan. Mereka tidak
mengalami kesulitan untuk menjalani hubungan dengan teman baru, berkomunikasi
secara efektif dengan orang lain, terlibat dalam pembicaraan yang menyenangkan,
dan dapat mengakhiri pembicaraan tanpa mengecewakan atau menyakiti orang lain.
Lingkungan
sekolah terkait dengan metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah. Lingkungan sekolah mencakup
keadaan lingkungan sekolah, suasana sekolah, keadaan gedung, masyarakat
sekolah, tata tertib dan fasilitas-fasilitas sekolah.Lingkungan sekolah juga
memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para siswanya. Lingkungan
ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan sekitar sekolah,
sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar dan media belajar
dan sebagainya. Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan
kawan-kawannya, guru-guru serta staf sekolah lainnya. Lingkungan sekolah juga
menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar
-mengajar, berbagai kegiatan kokulikuler dan sebagainya Berdasarkan uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah merupakan tempat bagi siswa
untuk belajar bersama teman-temannya secara terarah guna menerima transfer
pengetahuan dari guru yang didalamnya mencakup keadaan sekitar suasana sekolah,
relasi siswa dengan dan temantemannya, relasi siswa dengan guru dan dengan staf
sekolah, kualitas guru dan metode mengajarnya, keadaan gedung, masyarakat
sekolah, tata tertib, fasilitasfasilitas sekolah, dan sarana prasarana sekolah.
Jadi lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang berpengaruh kedua setelah
lingkungan keluarga, dan adapun keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya
ditentukan oleh sebuah proses atau lingkungan sekolah saja melainkan lingkungan
keluarga dan lingkungan masyarakat juga menjadi faktor penunjang keberhasilan
tersebut. Guru yang ada di sekolah merupakan pendidik formal secara langsung
menerima kepercayaan dari sekolah maupun masyarakat untuk memangku jabatan dan
tanggungjawab pendidikan.
TUJUAN
Adapun tujuan
penerapan budaya positif ini adalah:
1. Memacu semangat siswa untuk
menciptakan lingkungan belajar yang baik dan tepat, agar memiliki karakter yang
baik pula dan kemampuan yang maksimal sebagai bekal pengetahuan yang akan
datang. contoh aksinya dengan mengajak siswa untuk saling menghormati dan menghargai,
membiasakan siswa dalam ibadah dengan membuat agenda ibadah dan di periksa oleh
guru piket atau guru Pendidikan Agama Islam minimal 1 minggu sekali.
2. Meningkatkan hubungan interaksi dalam
pergaulan siswa yang positif disetiap lingkungan belajar yang siswa gunakan,
serta dapat dijadikan alat untuk memacu prestasi belajar siswa yang dilakukan
oleh pendidik dan lembaga pendidikan. contoh aksinya adalah membuat kesepakatan
kelas yang memuat nilai-nilai budaya positif.
3. Agar pendidik mengetahui betapa besarnya
pengaruh lingkungan sekolah yakni guru sebagai pendidik yang ikut serta
berpengaruh terhadap karakter siswa. contoh aksinya adalah mengusulkan kepada
kepala sekolah dan sudah di setujui bahwa setiap pendidik membimbing beberapa
siswa dalam mendampingi dan mendeteksi sejak dini permasalahan siswa dimana
kegiatan ini dilakukan oleh pendidik boleh di hari mengajar atau di hari lain
yang sempat dilaksanakan.
PELAKSANAAN PENERAPAN BUDAYA POSITIF
Guru mengobservasi
keadaan lingkungan sekolah dengan memperhatikan lingkungan fisik, lingkungan
sosial, lingkungan akademik, proses pembelajaran dan diluar jam pelajaran. Dari hasil observasi
tersebut, guru meyakini diperlukannya upaya mendidik sekaligus memberi teladan
kepada murid akan pentingnya menghargai diri sendiri dan orang lain di
sekitarnya. Dapat dipahami bahwa pandemi telah membatasi murid-murid dalam
melakukan interaksi dengan orang lain di sekolah, maka tentu ini tugas guru
mengajarkan budaya positif pada murid.
Adapun
langkah-langkah aksi nyata yang dilakukan oleh guru:
1.
Melakukan koordinasi dan berkolaborasi dengan Kepala
Sekolah, orang tua/wali murid, wali kelas dan seluruh guru sejawat untuk
penerapan budaya positif di sekolah. Seluruh elemen tersebut akan selalu
terlibat dan sangat menentukan dalam keberhasilan aksi nyata ini.
|
|
|
2.
Berkolaborasi dengan guru sejawat mengajak dan menuntun murid di
kelas untuk membuat dan menetapkan keyakinan kelas untuk disepakati
bersama-sama. Keyakinan kelas ini berisi nilai-nilai kebajikan universal yang akan
membuat kelas dan sekolah terasa aman dan nyaman bila terus dilaksanakan oleh
seluruh warganya sehingga menjadi budaya positif.
|
3.
Menerapkan
pendekatan “modelling” atau “exemplary” atau “uswah hasanah”. Yakni
mensosialisasikan dan membiasakan lingkungan sekolah untuk menghidupkan dan
menegakkan nilai-nilai akhlak dan moral yang
benar melalui model atau teladan. Setiap guru dan tenaga kependidikan lain di
lingkungan sekolah hendaklah mampu menjadi “uswah hasanah” yang hidup (living
exemplary) bagi setiap siswa. Mereka juga harus terbuka dan siap untuk
mendiskusikan dengan siswa tentang berbagai nilai-nilai yang baik tersebut.
4. Kemudian, di kesempatan
berikutnya, guru meminta murid berkolaborasi untuk bermain peran dengan tema
menghargai diri sendiri dan orang lain sebagai dasar terlaksananya budaya
positif. Setelah selesai memainkan perannya, murid diminta merefleksi
pelaksanaan budaya positif yang telah terlaksana di kelas maupun di sekolah.
|
|
TOLOK UKUR KEBERHASILAN
1. Murid mempunyai dan
melaksanakan keyakinan kelas yang telah disepakati bersama.
2. Murid bersikap sopan dan menghargai siapapun sesuai etika kesopanan dan nilai kebajikan universal yang berlaku dimanapun mereka berada serta selalu terbiasa dengan ibadah yang dibuktikan dengan buku agenda ibadah.
HASIL NYATA
1. Murid melaksanakan
keyakinan kelas dengan konsisten.
2. Murid bersikap sopan dan meminta ijin pada guru bila akan masuk atau keluar kelas pada saat pembelajaran sebagai wujud menghargai diri sendiri dan orang lain.
TANTANGAN
Dikarenakan jarak rumah CGP sangat jauh dengan lokasi sekolah membuat semua gerakan
tidak bisa maksimal dikarenakan kurangnya waktu CGP di sekolah mengingat CGP
tidak menginap di sekolah atau di sekitar sekolah. Jadi semua kegiatan hanya
dapat dilakukan pada saat CGP mengajar saja.
SOLUSI
Terus menularkan nilai-nilai budaya positif sebagai teladan bagi siswa maupun teman sejawat disaat hadir di sekolah dan tetap menjaga komunikasi dengan orang tua/wali siswa serta berkolaborasi dengan pihak sekolah dengan jarak jauh baik dengan telepon maupun dengan membuat group di media sosial.
TINDAK LANJUT
Pendidikan
tentang budaya positif sebaiknya harus ditanamkan sejak kecil pada anak agar
karakter baik tumbuh dalam dirinya. Lingkungan yang positf membantu seorang
anak dalam membangun karakternya. Orang tua hendaknya menciptakan lingkungan
keluarga yang positif agar anak dapat mengembangkan segala sesuatu yang ada di
dirinya. Begitupun di lingkungan sekolah sebaiknya guru sebagai orang tua siswa
di sekolah dapat menanamkan pendidikan karakter pada mereka dengan cara memberi
teladan dan disiplin tentang pendidikan karakter yang baik.
Pihak
sekolah perlu mengupayakan agar terus mengembangkan karakter siswa yang positif
untuk menuju karakter sebagaimana diharapkan. Dengan cara memperhatikan dan
terus meningkatkan aspek-aspek karakter siswa yang dinilai kurang seperti:
karakter bermandiri, karakter berdemokratif, karakter yang menghargai prestasi
lainnya
2. Mengecek Buku Agenda Ibadah
3. Membuat kesepakatan kelas dan sekolah
4. Memberikan teladan dalam menciptakan budaya positif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar