Limit Fungsi Trigonometri Matematika Kelas XII SMA K13 Peminatan REMMI ADI PUTRA

Jumat, 18 Februari 2022

PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

 

PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH


TUGAS AKSI NYATA MODUL 1.4.a.10.2

Oleh: REMMI ADI PUTRA, M.Pd.,Gr – SMP Negeri 31 Kerinci

 

LATAR BELAKANG

Sebagai pendidik, guru diibaratkan bagai seorang petani yang memiliki peranan penting untuk menjadikan tanamannya tumbuh subur. Guru harus memastikan bahwa tanah tempat tumbuhnya tanaman adalah tanah yang cocok untuk ditanami. Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa: “…kita ambil contoh perbandingannya dengan hidup tumbuh-tumbuhan, seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya.” (Lampiran 1. Dasar-Dasar Pendidikan. Keluarga, Th. I No.1, 2, 3, 4, Nov, Des 1936, Jan, Febr 1937).

Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa sekolah diibaratkan sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga guru harus mengusahakan agar sekolah menjadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi murid dari hal-hal yang tidak baik. Dengan demikian, karakter murid tumbuh dengan baik. Sebagai contoh, murid yang tadinya malas menjadi semangat, bukan kebalikannya. Murid akan mampu menerima dan menyerap suatu pembelajaran bila lingkungan di sekelilingnya terasa aman dan nyaman. Selama seseorang merasakan tekanan-tekanan dari lingkungannya, maka proses pembelajaran akan sulit terjadi. Maka disinilah peran guru dibutuhkan untuk terlaksananya budaya positif di sekolah. Budaya positif tumbuh dari keyakinan akan nilai kebajikan yang disepakati bersama oleh seluruh warga sekolah dan menjadi kebiasaan baik yang dilakukan terus menerus dalam waktu lama.

Faktor yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter siswa adalah lingkungan dimana seseorang tumbuh dan dibesarkan dalam norma keluarga, teman, kelompok sosial. Seorang siswa memiliki waktu yang cukup banyak untuk berada di lingkungan sekolah atau berada di lingkungan luar sekolah bersama teman–teman satu sekolahnya. Pengaruh lingkungan sekolah dapat berdampak negatif terhadap perkembangan peserta didik ketika seorang guru tidak mengetahui karakter setiap siswa didiknya. Selain itu, pengaruh teman juga sangat mempengaruhi. Dalam hal ini seorang guru harus bisa mengetahui karakter setiap siswa agar dapat mengetahui bakat dan minat dalam diri siswa.

Di dalam lingkungan sekolah, yang termasuk lingkungan sosial adalah seluruh warga sekolah, baik itu guru, karyawan maupun teman-teman sekelas, semuanya berkaitan dengan semangat belajar siswa. Para guru yang dapat menunjukan sikap dan perilaku yang baik dan juga dapat memperlihatkan teladan yang baik khususnya dalam hal belajar seperti misalnya rajin membaca. Hal tersebut dapat memberikan motivasi yang positif bagi belajar siswa. Demikian halnya apabila teman-teman di sekolah mempunyai sikap dan perilaku yang baik serta memiliki semacam etos belajar yang baik seperti misalnya belajar akan berpengaruh positif terhadap belajar siswa.

Secara garis besar kemampuan siswa dalam berinteraksi sosial dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu siswa yang dapat dikategorikan sebagai siswa yang bisa berinteraksi sosial dengan baik atau pandai bergaul dan sebaliknya yaitu siswa yang mengalami kesulitan bergaul atau individu yang tidak bisa berinteraksi sosial dengan baik. Siswa yang bisa berinteraksi sosial dengan baik biasanya dapat mengatasi berbagai persoalan di dalam pergaulan. Mereka tidak mengalami kesulitan untuk menjalani hubungan dengan teman baru, berkomunikasi secara efektif dengan orang lain, terlibat dalam pembicaraan yang menyenangkan, dan dapat mengakhiri pembicaraan tanpa mengecewakan atau menyakiti orang lain.

Lingkungan sekolah terkait dengan metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah. Lingkungan sekolah mencakup keadaan lingkungan sekolah, suasana sekolah, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib dan fasilitas-fasilitas sekolah.Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan sekitar sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar dan media belajar dan sebagainya. Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan kawan-kawannya, guru-guru serta staf sekolah lainnya. Lingkungan sekolah juga menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar -mengajar, berbagai kegiatan kokulikuler dan sebagainya Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah merupakan tempat bagi siswa untuk belajar bersama teman-temannya secara terarah guna menerima transfer pengetahuan dari guru yang didalamnya mencakup keadaan sekitar suasana sekolah, relasi siswa dengan dan temantemannya, relasi siswa dengan guru dan dengan staf sekolah, kualitas guru dan metode mengajarnya, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib, fasilitasfasilitas sekolah, dan sarana prasarana sekolah. Jadi lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang berpengaruh kedua setelah lingkungan keluarga, dan adapun keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh sebuah proses atau lingkungan sekolah saja melainkan lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat juga menjadi faktor penunjang keberhasilan tersebut. Guru yang ada di sekolah merupakan pendidik formal secara langsung menerima kepercayaan dari sekolah maupun masyarakat untuk memangku jabatan dan tanggungjawab pendidikan.

 

TUJUAN

Adapun tujuan penerapan budaya positif ini adalah:

1.      Memacu semangat siswa untuk menciptakan lingkungan belajar yang baik dan tepat, agar memiliki karakter yang baik pula dan kemampuan yang maksimal sebagai bekal pengetahuan yang akan datang. contoh aksinya dengan mengajak siswa untuk saling menghormati dan menghargai, membiasakan siswa dalam ibadah dengan membuat agenda ibadah dan di periksa oleh guru piket atau guru Pendidikan Agama Islam minimal 1 minggu sekali.

2.      Meningkatkan hubungan interaksi dalam pergaulan siswa yang positif disetiap lingkungan belajar yang siswa gunakan, serta dapat dijadikan alat untuk memacu prestasi belajar siswa yang dilakukan oleh pendidik dan lembaga pendidikan. contoh aksinya adalah membuat kesepakatan kelas yang memuat nilai-nilai budaya positif.

3.      Agar pendidik mengetahui betapa besarnya pengaruh lingkungan sekolah yakni guru sebagai pendidik yang ikut serta berpengaruh terhadap karakter siswa. contoh aksinya adalah mengusulkan kepada kepala sekolah dan sudah di setujui bahwa setiap pendidik membimbing beberapa siswa dalam mendampingi dan mendeteksi sejak dini permasalahan siswa dimana kegiatan ini dilakukan oleh pendidik boleh di hari mengajar atau di hari lain yang sempat dilaksanakan.

PELAKSANAAN PENERAPAN BUDAYA POSITIF

Guru mengobservasi keadaan lingkungan sekolah dengan memperhatikan lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan akademik, proses pembelajaran dan diluar jam pelajaran. Dari hasil observasi tersebut, guru meyakini diperlukannya upaya mendidik sekaligus memberi teladan kepada murid akan pentingnya menghargai diri sendiri dan orang lain di sekitarnya. Dapat dipahami bahwa pandemi telah membatasi murid-murid dalam melakukan interaksi dengan orang lain di sekolah, maka tentu ini tugas guru mengajarkan budaya positif pada murid.

Adapun langkah-langkah aksi nyata yang dilakukan oleh guru:

1.      Melakukan koordinasi dan berkolaborasi dengan Kepala Sekolah, orang tua/wali murid, wali kelas dan seluruh guru sejawat untuk penerapan budaya positif di sekolah. Seluruh elemen tersebut akan selalu terlibat dan sangat menentukan dalam keberhasilan aksi nyata ini.

 



2.      Berkolaborasi dengan guru sejawat mengajak dan menuntun murid di kelas untuk membuat dan menetapkan keyakinan kelas untuk disepakati bersama-sama. Keyakinan kelas ini berisi nilai-nilai kebajikan universal yang akan membuat kelas dan sekolah terasa aman dan nyaman bila terus dilaksanakan oleh seluruh warganya sehingga menjadi budaya positif.


  

3.      Menerapkan pendekatan “modelling” atau “exemplary” atau “uswah hasanah”. Yakni mensosialisasikan dan membiasakan lingkungan sekolah untuk menghidupkan dan menegakkan nilai-nilai akhlak dan moral yang benar melalui model atau teladan. Setiap guru dan tenaga kependidikan lain di lingkungan sekolah hendaklah mampu menjadi “uswah hasanah” yang hidup (living exemplary) bagi setiap siswa. Mereka juga harus terbuka dan siap untuk mendiskusikan dengan siswa tentang berbagai nilai-nilai yang baik tersebut.

 

4.      Kemudian, di kesempatan berikutnya, guru meminta murid berkolaborasi untuk bermain peran dengan tema menghargai diri sendiri dan orang lain sebagai dasar terlaksananya budaya positif. Setelah selesai memainkan perannya, murid diminta merefleksi pelaksanaan budaya positif yang telah terlaksana di kelas maupun di sekolah.






TOLOK UKUR KEBERHASILAN

1.  Murid mempunyai dan melaksanakan keyakinan kelas yang telah disepakati bersama.

2.  Murid bersikap sopan dan menghargai siapapun sesuai etika kesopanan dan nilai kebajikan universal yang berlaku dimanapun mereka berada serta selalu terbiasa dengan ibadah yang dibuktikan dengan buku agenda ibadah.

HASIL NYATA

1.  Murid melaksanakan keyakinan kelas dengan konsisten.

2.  Murid bersikap sopan dan meminta ijin pada guru bila akan masuk atau keluar kelas pada saat pembelajaran sebagai wujud menghargai diri sendiri dan orang lain.

TANTANGAN

Dikarenakan jarak rumah CGP sangat jauh dengan lokasi sekolah membuat semua gerakan tidak bisa maksimal dikarenakan kurangnya waktu CGP di sekolah mengingat CGP tidak menginap di sekolah atau di sekitar sekolah. Jadi semua kegiatan hanya dapat dilakukan pada saat CGP mengajar saja.

SOLUSI

Terus menularkan nilai-nilai budaya positif sebagai teladan bagi siswa maupun teman sejawat disaat hadir di sekolah dan tetap menjaga komunikasi dengan orang tua/wali siswa serta berkolaborasi dengan pihak sekolah dengan jarak jauh baik dengan telepon maupun dengan membuat group di media sosial.

TINDAK LANJUT

Pendidikan tentang budaya positif sebaiknya harus ditanamkan sejak kecil pada anak agar karakter baik tumbuh dalam dirinya. Lingkungan yang positf membantu seorang anak dalam membangun karakternya. Orang tua hendaknya menciptakan lingkungan keluarga yang positif agar anak dapat mengembangkan segala sesuatu yang ada di dirinya. Begitupun di lingkungan sekolah sebaiknya guru sebagai orang tua siswa di sekolah dapat menanamkan pendidikan karakter pada mereka dengan cara memberi teladan dan disiplin tentang pendidikan karakter yang baik.

Pihak sekolah perlu mengupayakan agar terus mengembangkan karakter siswa yang positif untuk menuju karakter sebagaimana diharapkan. Dengan cara memperhatikan dan terus meningkatkan aspek-aspek karakter siswa yang dinilai kurang seperti: karakter bermandiri, karakter berdemokratif, karakter yang menghargai prestasi lainnya

 

 BERIKUT ADALAH DOKUMENTASI BUDAYA POSITIF DI SMP NEGERI 31 KERINCI

 Menjaga kesehatan warga sekolah dengan rutin melaksanakan piket kelas dan Jumat Bersih





2.      Mengecek Buku Agenda Ibadah



3.      Membuat kesepakatan kelas dan sekolah




4.      Memberikan teladan dalam menciptakan budaya positif




























Tidak ada komentar:

Posting Komentar